REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Traveler sekarang dapat menggunakan hobinya untuk mendapat penghasilan. Ini setelah, CEO Open Trip David Cuh Sitohang merancang aplikasi Open Trip yang dapat menghubungkan traveler dengan trip leader ataupun sebaliknya.
Menurut David, dengan aplikasi open trip ini, seorang traveler berpengalaman dapat menjadi trip leader. Sehingga, ia bisa mendapat berbagai keuntungan selain berkenalan dengan traveler baru, tetapi juga dapat menentukan dan menerima pembayaran dari traveler yang menggunakan jasanya.
David menjelaskan, aplikasi layanan trip memang sudah banyak di Indonesia. Namun, Open Trip merupakan aplikasi pertama yang fokus kepada networking, di mana fitur-fitur yang disediakan berfungsi untuk memperkuat jejaring sosial antartraveler.
“Fitur-fitur tersebut di antaranya profil traveler dan joined member untuk mengetahui siapa saja yang berpartisipasi dalam suatu trip," ujar David dalam siaran persnya, Kamis (23/11).
Menurut David, Fitur chat dan fitur activity juga bisa digunakan untuk mengetahui kegiatan semua traveler. Karena pada umumnya, aktivitas open trip dilaksanakan secara random. Jadi, tidak tahu profil traveler lain seperti apa.
"Nah, dengan menggunakan Open Trip, kita bisa mengenal rekan traveler lebih dekat dan terus menjalin networking dengan mereka,” katanya.
Open Trip juga, kata dia, menawarkan fitur lain seperti browse trips yang memudahkan traveler mencari trip berdasarkan destinasi, kategori, tanggal dan rekomendasi dari Open Trip. Fitur create trip berguna bagi trip leader dalam menyusun paket perjalanan dan menawarkannya pada traveler. Fitur detailed itinerary dibuat dengan detil, rapi, dan menunjukkan letak meeting point traveler dengan trip leader malalui google Maps.
"Fitur Book Trip memungkinkan traveler dapat memesan paket perjalanan langsung," katanya.
Setelah memesan paket perjalanan, kata dia, traveler bisa membayar melalui fitur payment yang terintegrasi langsung dengan pesanan perjalanan. David sendiri mengaku, sejak usia 12 tahun sudah hobi traveling. Awalnya, ia mengeksplor semua tempat di kota kelahiran dulu, hingga ketagihan traveling ke Labuan Bajo, Jayapura, dan Raja Ampat.
"Saya mulai terpikir betapa butuhnya traveler merasa aman dan nyaman traveling dengan trip leader," katanya.
David pun, membuat Open Trip ini yang memiliki fitur review dan rating untuk trip leader. Sehingga, quality control trip leader terjaga dan meningkatkan kepercayaan traveler.
Berawal dari pengalaman pribadi David yang hobi traveling dan kekhawatirannya ditipu oleh trip leader, ia mengembangkan ide Open Trip yang muncul bersama teman-teman sekolahnya pada September 2015. Namun, kesibukan teman-temannya, membuat aplikasi Open Trip tidak berkembang maksimal.
Berkat keyakinannya, kara dia. Open Trip dapat membantu banyak orang. Pada Mei 2017 ia bersama CMO Open Trip Made Utari Dwiyani Open Trip memberanikan diri untuk membuat kembali Open Trip.
“Open Trip ini mengincar tipe traveler dengan karakter busy-socialite, yakni mereka yang memiliki kesibukan bekerja, bisnis, atau perkuliahan dan menyukai networking sembari traveling," katanya.
David yakin, trip leader yang handal dan terpercaya tentu dibutuhkan oleh para busy-socialite. Karena, berkat kesibukannya, mereka sulit membuat perencanaan lengkap tentang perjalanannya.
Open Trip, kata dia, sebenarnya terbuka untuk seluruh usia, tetapi berfokus pada usia 18-40 tahun yang umumnya berkarakter busy-socialite. Sejak tersedia di Google Playstore September 2017, telah ada sekitar 2.000 pengguna dan telah melayani lebih dari 100 transaksi dengan jumlah trip leader lebih dari 100. Tahun ini, Open Trip menargetkan 10.000 pengguna dan 100.000 pengguna aktif di tahun 2018.
“Buat trip buddies, atau siapapun yang suka traveling, ingin menambah teman baru, nggak mau ribet ngurusin detil perjalanannya, yuk join aplikasi Open Trip ini," katanya.