REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Perdana Menteri (PM) Norwegia, Erna Solberg, menyatakan dirinya sedih mendengar nasib orang rimba di kawasan hutan adat Senamat Ulu, Kabupaten Bungo Provinsi Jambi.
"Saya sangat sedih mendengar kondisi orang rimba, kami menyadari hutan sangat penting, penting sekali untuk dunia," kata Erna Solberg yang menemui langsung Suku Anak Dalam (orang rimba) di Senamat Ulu, Rabu (15/4).
PM Norwegia mengatakan penting sekali menemukan cara untuk melindungi hutan, dan bagimana orang rimba bisa tetap bertahan di dalam hutan.
Dari dialog itu diketahui orang rimba mengalami kesulitan pangan, mereka tidak bisa berburu babi serta mendapatkan hasil hutan seperti getah balam dan jernang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena sebagian besar hutan sebagai wilayah jelajah mereka sudah habis.
PM juga sempat menanyakan kegiatan apa yang dilakukan orang rimba berusia muda di hutan. Dan kapan orang mulai mengalami kesulitan mendapatkan makanan.
Perwakilan orang rimba mengatakan kepada PM Norwegia bahwa kehidupan mereka kian terjepit karena hutan sudah berubah menjadi perkebunan sawit yang dikelola perusahaan.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengatakan, dari pertemuan dengan orang rimba itu ternyata ada persoalan yang bisa dipetik dan menjadi pemikiran pemerintah ke depan untuk dikembangkan kebijakannya.
Persoalan itu yakni posisi lahan, dimana suku anak dalam merasa kesulitan setelah hadirnya tiga perusahaan. Namun Siti Nurbaya baru mengetahui dua nama perusahaan yang dimaksud.
"Saya sudah cek dua perusahaan, sudah tahu namanya dan kita cari tahu lagi satu perusahaan yang mereka maksud, makanya saya dimana tempat tinggal mereka (orang rimba) sebenarnya dimana," katanya menjelaskan.
Selain itu, lanjutnya, orang rimba juga mengatakan bahwa mereka kehilangan mata pencarian, dan berkali-kali mereka mengatakan ingin mengolah lahan pertanian.
"Mereka bilang berburu dan mengambil hasil hutan sudah susah, jadi mereka berkeinginan mengolah pertanian. Saya kira yang terpikir juga oleh mereka bahwa kita sesungguhnya kehidupan di hutan adalahan melakukan pertanaman sambil menjaga alam," jelasnya.
Menteri juga menyatakan temuan di lapangan akan dilaporkan ke Presiden untuk diambil kebijakan seperti apa nanti. Namun kebiasan berpindah-pindah dan memburu bagi orang rimba tetap jadi pertimbangan.
Siti Nurbaya menjelaskan, pemerintahan Jokowi sudah menegaskan bahwa hutan itu adalah untuk mensejahterahkan rakyat. Dan pemerintah saat ini hanya tinggal memformalisasikannya saja skema yang sudah disusun.
Menurutnya, sudah banyak skema untuk kehidupan orang rimba yang dikembangkan, misalnya secara defenitif menjadi desa hutan, hutan tanaman rakyat, atau hutan kemasyarakatan yang skemanya sudah disesuaikan dengan kondisi lokal.
Selain itu, lahan sangat penting diberikan kepada masyarakat yang marginal, apalagi yang dikelola perusahaan, sebab itu tinggal mencocokan dengan formalisasinya.
Tidak hanya itu, kekuatan berproduksi juga diterapkan, para orang rimba didorong untuk tetap menjaga alam mereka.
Ketika ditanya mengapa PM Norwegia memilih Jambi sebagai lokasi kunjungannya, Menteri mengatakan bahwa dalam kerja sama emisi gas rumah kaca , Jambi juga terlibat dengan sebelas provinsi di Indonesia, Jambi ini katanya sebagai contoh saja.